A. Bimbingan dan Konseling
Kegitan bimbingan dan konseling sekolah merupakan suatu hubungan yang  bersifat membantu, yaitu interaksi antara konselor dengan konseli  merupakan suatu kondisi yang membuat siswa terbantu dalam mencapai  perubahan yang lebih baik.
 Dari hakekatnya sebagai hubungan yang  bersifat membantu dan sebagai proses psikologis, bimbingan dan konseling  di sekolah memberikan pengalaman  belajar yang baru pada siswa, dalam  memahami suatu pembelajaran di sekolah. Bagi siswa yang berada dalam   rentang normal, konseling merupakan lingkungan yang sedemikian rupa  dapat memberikan pengaruh untuk mengurangi hambatan ke arah perwujudan  diri yang lebih baik. bagi individu yang mengalami gangguan psikologis,  konseling dapat membantu memperbaiki keadaan, sehingga yang bersangkutan  kembali ke keadaan normal dan lebih baik.
Dalam kegiatan bimbingan konseling, ada enam macam pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh Siswa dalam proses konseling yaitu:
1. Mengenal Konflik-Konflik Internal
Konseling membantu Siswa untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang  dialaminya sesungguhnnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam  dirinya dan bukan karena situasi di luar dirinya. Melalui kegiatan  bimbingan konseling ini, klien dibantu untuk menyadari bahwa masalah  yang dihadapinya sesungguhnya berada di dalam dirinya, apa yang ada di  luar dirinya merupakan faktor yang mempengaruhi. Sedangkan faktor yang  menentukan ada di dalam dirinya sendiri.
Langkah awal yang akan dilakukan konselor adalah menyadarkan bahwa  konselor tidak dapat berbuat banyak terhadap lingkungan yang diakui  sebagai sebab dari masalah yang dihadapi klien. Berikut masalah-masalah  yang biasa timbul dalam konflik internal diantaranya:
a. Penilaian Negatif Tehadap Diri Sendiri
b. Keharusan Psikologi
c. Konflik Kebutuhan-Kebutuhan
2. Menghadapi Realitas
Banyak orang (remaja) yang tidak mampu menghadapi perubahan dalam  dirinya, baik dalam bentuk fisik maupun psikologis. Seorang remaja yang  baru tumbuh menjadi manusia dewasa, tanpa disadari mengalami perubahan  baik fisik maupun psikologis serta tuntutan lingkungan yang mengharuskan  ia bersikap sebagai seorang remaja yang sewajarnya. Pada masa peralihan  inilah (dari masa kanak-kanak ke masa remaja), remaja tidak memahami  eksistensinya sebagai seorang remaja, atau banyak remaja yang tidak  mampu memahami masalah dalam dirinya karena kekurangan kemampuan  menghadapi realitas. Mereka tidak mengetahui realitas yang sebenarnya  sebagai seorang remaja yang memiliki tugas perkembangan dalam kehidupan  ini. Peran konseling memberikan pemahaman dan membantu individu dalam  menghadapi realitas secara efektif, dan proses konseling dapat membantu  individu untuk memperoleh suatu pengalaman yang lebih baik tentang  realitas dan mampu menghadapinya secara efektif. Biasanya remaja yang  tidak mampu menghadapi realitas kehidupannya diekspresikan dalam tiga  sikap diantaranya adalah; menghindar, generalisasi berlebihan, dan  menyalakan.
3. Mengembangkan Tilikan
Konseling merupakan pengalaman yang dapat membawa orang untuk menemukan  siapa dia sesungguhnya dan hidup sesuai dengan keadaan yang  sesungguhnya. Bila orang mengetahui siapa dirinya antara lain, mengenal  kebutuhannya, nilai-nilainya, sikapnya, motifnya, kekuatannya, dan  kelemahannya dsb. Karena ia memahami benar tentang dirinya, maka ia  memanfaatkan waktu dan dirinya sesuai dengan peta psikologisnya untuk  mencapai perkembangan optimal dan kebahagiaan dirinya. Selain itu,  kemampuan ini harus diimbangi dengan kemampuan untuk berhubungan dengan  orang lain.
4. Memulai Suatu Hubungan Baru
Konseling memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh suatu  jenis hubungan baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya. Dalam  konseling, klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaian  wawancara konseling. Selama konseling ini, klien akan menghayati suatu  hubungan baru yang dapat mengembangkan keadaan pribadinya.
Bimbingan koseling akan berjalan dengan efektif apabila keadaan konselor  baik secara psikologis, peduli terhadap orang lain, memiliki  pengetahuan dalam perilaku, dan memiliki ketrampilan dalam membantu  orang lain. Dengan memiliki kemampuan seperti itu, klien yang  berinteraksi dengan konselor, akan memperoleh pengalaman baru yang  mungkin belum diperoleh sebelumnya atau dalam hubungan-hubungan lainnya.  Ada beberapa hubungan konseling yang tidak dapat dijumpai dalam  hubungan lain, diantaranya:
a. Ketulusan konselor dalam melakukan bimbingan yang bersifat membantu.  Ketulusan dan kebaikkan konselor yang ditandai dengan sikap ramah  hangat, bersahabat dan sebagainya. Sikap tersebut dapat menggugah klien  untuk lebih meyakini diri sendiri.
b. Pemahaman yang diberikan konselor terhadap klien dengan segala latar  belakang dan masalah-masalahnya dapat membuat klien diterima.
c. Ketulusan individu akan diperoleh dan berkembang melalui interaksi dengan konselor yang tulus
d. Resiko yang timbul dari hubungan dengan konselor, dengan sendirinya  tidak menimbulkan akibat yang bersifat merusak akan tetapi dapat  menunjang perkembangan
e. Respon-respon baru, akan diperoleh melalui serangkaian interaksi  dalam hubungan yang bersifat membantu. Dalam konseling, klien belajar  bagaimana membuat suatu respon yang baru dan efektif dalam berinteraksi  dengan lingkungan.
5. Meningkatkan Kebebasan Baru
Banyak remaja yang menghadapi kesulitan dan masalah, karena dalam  dirinya terdapat kekurang-bebasan dalam menyatakan hal-hal yang bersifat  psikologis. Misalnya merasa takut untuk berbeda pendapat dengan orang  lain, merasa tidak bebas untuk menyatakan perasaan tertentu, dan lain  sebagainya. Konseling pada hakekatnya memberikan kesempatan pada  individu untuk mampu menyatakan dirinya secara bebas dan benar. Dalam  konseling, individu dibantu untuk bagaimana menyatakan hal-hal yang  bersifat psikologis dengan cara yang dapat diberikan. Bebarapa kebebasan  psikologis yang dapat dikembangkan melalui konseling, antara lain:
a. Kebebasan untuk mengakui ketidak-sempurnaan diri sendiri
b. Kebebasan untuk mempertanggung jawabkan perilaku sendiri
c. Kebebasan untuk mengecewakan orang lain
d. Kebebasan untuk menyatakan perasaan.
6. Memperbaiki Kosepsi-Konsepsi Yang Keliru
Untuk dapat berbuat secara tepat, remaja harus mampu mewujdkan perilaku  yang didasarkan atas kosepsi secara benar. Akan tetapi banyak orang yang  memiliki konsepsi tentang perilakunnya secara keliru. Sebagai akibatnya  meraka kurang mampu menunjukkan perilaku secara tepat sehingga banyak  menimbulkan banyak masalah. Konseling memberikan bantuan kepada orang  agar memahami kekeliruan konsepsi tentang perilakunya. Selanjutnya  mereka dibantu untuk mengembagkan konsep perilakunya secara benar, untuk  kemudian diwujudkan perilaku secara benar pula. Ada beberapa  konsepsi-konsepsi keliru yang banyak dibawa remaja  ke dalam konseling,  yaitu:
a. Konsepsi bahwa adanya masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan
b. Konsepsi bahwa janji-janji yang tidak dapat dibatalkan, dan harus ditepati secara pasti,
c. Konsepsi bahwa masalah yang dihadapi adalah korban dari situasi atau orang yang bersifat merusak,
d. Konsepsi bahwa apa persepsi dan interpretasi selamanya sesuai.  Gagasan yang disampaikan kepada individu lain akan dipersepsikan dan  ditafsirkan sebagaimana yang diharapkan,
e. Konsep bahwa orang tahu persis apa yang dilakukannya.
Dari beberapa pengalaman baru tersebut di atas, apabila berjalan dengan  sesuai dengan prinsip bimbingan konseling, maka dapat berpengaruh  terhadap perilaku individu menuju pada keadaan psikologi yang baik.  Selain itu untuk menunjang keberhasilan dalam kegiatan bimbingan  konseling di sekolah, maka diperlukan berbagai bentuk metode maupun  teknik bimbingan konseling, diantaranya adalah:
1. Metode Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a. Metode non-Direktif
Metode non-direktif “Clientceterd Counseling” memberikan gambaran bahwa,  dalam kegiatan bimbingan yang menjadi pusat informasi dan data yang  akan dianalisis oleh konselor adalah informasi dan data klien (Siswa).  Karena itu dalam proses bimbingan ini kegiatan sebagian besar diletakan  di pundak klien itu sendiri. Dalam pemecahan masalah, klien didorong  oleh konselor untuk mencari serta menentukan cara yang terbaik dalam  pemecahan masalahnya.
b. Metode Rasional Emotif
Metode ini bertujuan untuk menunjukan dan menyadarkan klien bahwa cara  berpikir yang tidak logis itulah merupakan penyebab gangguan  emosionalnya. Atau dengan kata lain, bimbingan rasional emotif  ini  bertujuan membantu klien membedakan dirinya dari cara berpikir atau  ide-idenya yang tidak logis dan mengantinya dengan cara-cara yang logis.
c. Metode Transaksional
Analisis transaksional menitik beratkan pada upaya untuk merangsang rasa  tanggung jawab pribadi atas tingkahlakunya sendiri. Pikiran yang logis,  rasional, tujuan-tujuan yang realitas, komunikasi yang terbuka, wajar  dan pemahaman dalam hubungannya dengan orang lain.
d. Metode Klinikal
Pendekatan bimbingan klinikal menitik beratkan pada pendekatan yang  logis dan rasional, tidak berorientasi pada intelektual, tapi  berorientasi kepada personalisme, yaitu pendekatan yang memandang secara  keseluruhan. Tujuan bimbingan dan konseling bukanlah semata-mata  mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi mebantu klien (Siswa) untuk  meningkatkan kematangan sosial, dan emosional sesuai potensi yang  dimiliki. Dalam bimbingan klinikal, hubungan antara konselor dan klien  bersifat kemanusiaan. Masalah manusi sifatnya berkembang dan merupakan  hasil konflik dengan lingkungannya, maka dari itu klien harus belajar  mengunakan pemecahan masala yang berorientasi kepada kenyataan yang  objektif.
2. Teknik Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a. Asosiasi bebas; yaitu klien diupayakan mejernihkan atau mengkikis  alam pikiran dari dalam pengalaman dan pemikiran sehari-hari, sehingga  klien mudah mengungkapkan masa lalunya.
b. Interpretasi; yaitu teknik yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi klien.
c. Analisis resistensi; ditunjukan untuk menyadarkan klien terhadap  alasan-alasan terjadinya resistensi. Konselor meminta perhatian klien  untuk menapsirkan resistensi.
d. Analisis transperensi; konselor mengusahakan agar klien mengembangkan  transperensi agar terungkap neurosisnya terutapa pada usia lima tahun  pertama dalam hidupnya.
e. Teknik interpretasi; dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti pada klien.
B. Materi Bimbingan Personal dan Kelompok Kecil
Dalam memberikan materi pada proses bimbingan dan konseling, konselor  berorientasi pada masalah yang sedang dihadapi siswa. Konselor membantu  siswa untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dihadapinya sesungguhnya  bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena  situasi luar dirinya. Melalui bimbingan dan konseling siswa di bantun  untuk menyadari bahwa masalah-masalah psikologis yang dihadapinya  sesungguhnya berada di dalam dirinya, apa yang terjadi diluar dirinya  merupakan paktor yang mempengaruhi. Sedangkan faktor yang menentukan  masalah adalah berada pada dirinya sendiri.
C. Media Bimbingan
Media bimbingan merupakan sarana dan prasarana yang mendukung  berjalannya sebuah proses bimbingan, dan tentunya keberhasilan bimbingan  dan konseling disekolah, harus dudukung oleh penyediaan alat-alat  pengumpulan dan pengolahan data seperti: Komputer, Ruang Bimbinan, Meja,  Kursi, dan lain-lain
D. Manajemen Ruangan Bimbingan dan Konseling
Manajemen dapat diartikan sebagai suatu upaya penataan dan pengelolaan  ruangan agar setiap individu berada dalam suatu suasana yang kondusip  bagi perwujudan dirinya secara sehat sehingga mampu melakukan berbagai  tugas secara efektif, efisien, dan produktif. Dalam lingkungan  konseling, keadaan ruagan akan ikut serta mempengaruhi kualitas kerja  konselor dan klien dalam keseluruhan proses bimbigan dan konseling. Oleh  karena itu penataan dan manajemen ruangan pada dasarnya merupakan salah  satu upaya untuk meningkatkan keefektipan bimbingan dan konseling. Ada  beberapa hal yang harus diperhatikan dalam manajemen ruangan  diantaranya:
1. Tata Letak
Tata letak Lay-out merupakan suatu sistem pengaturan pengelolaan ruangan  berserta perabotannya sedemikian rupa sehingga memberikan suasana yang  kondusif bagi inividu yang berada di dalamnya.
2. Iluminasi (Penerangan)
Iluminasi merupakan unsur ruangan dalam bentuk penerangan atau cahaya.  Penerangan harus di tata sedemikian rupa sehingga membuat nyaman bagi  individu yang barada di dalamnya. Cahaya yang terlalu kuat atau lemah  dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan kerja dan bahkan dapat  menimbulkan berbagai gangguan pribadi seperti stress, konflik, kurang  gairah dan lain sebagainya.
3. Atmosfir
Asmosfir ruangan mencakup aspek keadaan suhu dan kelembaban udara di  dalam ruangan. Kedua aspek ini perlu ditata sedemikian rupa sehingga  menimbulkan suhu dan kelembaban yang dapat membuat individu di dalamnya  merasa nyaman. Pada giliranya dapat meningkatkan motivasi dan  produktifitas konseling. Keadaan ruangan yang terlalu dingin atau panas  dapat menganggu suasana konseling.
4. Warna
Warna-warna dapat memberikan pengaruh kepada suasana psikologis individu  yang berada di dalamnya. Hendaknya ruangan ditata dengan warna-warna  yang sedemikian rupa sehingga memberikan nuansa nyaman. Penataanya agar  dibuat secara estetis dan memberikan rangsangan prilaku produksi.
5. Suara
Suara yang berada di sekitar individu dapat mempengaruhi pola-pola  prilaku dan kenyamanan pribadi. Suara gadu dan bising dapat menganggu  konsentrasi kerja dan lebih banyak menimbulkan stress sehingga  mepengaruhi produktivitas, dan sebaliknya suara yang ditata sedemikian  rupa dengan baik, misalnya suara alunan musik yang lembut dapat  mempengaruhi dinamika individu.
6. Kebersihan dan Estetika
Kebersihan dan keindahan merupakan lingkungan yang ikut serta  mempengaruhi individu. Individu yang berada dalam lingkungan yang bersih  dan penuh keindahan akan merangsang suasana yang nyaman dan dapat  memberikan gairah kerja yang produktif. Sebaliknya ruangan yang kotor  dan tidak estetis dapat menimbulkan suasana bosan serta menurunkan  motovasi.
7. Kesesakan dan Kepadatan
Kesesakan dan kepadatan akan timbul sebagai akibat dari ketidak  seimbangan antara ruangan dengan banyak orang. Keadaan ruangan yang  sesak dan padat dapat menimbulkan suasana stress dan pada gilirannya  dapat menghambat proses konseling.
- 
Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan” atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . S...
 - 
v Untuk menjadi konselor yang baik, kita harus sering bertemu atau bertatap muka dan ramah. v Inti dari Bimbingan adalah Konseling ...
 - 
A. Bimbingan dan Konseling Kegitan bimbingan dan konseling sekolah merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi antara...
 - 
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada setiap semester dilaksanakan selama 6 bulan dan setiap akhir semester diadakan U...
 - 
INTELIGENSI (KECERDASAN) Definisi inteligensi Clapade dan Stern mengatakan bahawa inteligensi adalah “kemampuan untuk menyesuaikan diri ...
 
About Me
Cari Blog Ini
Blog Archive
Entri Populer
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

1 komentar:
Thank's Infonya Bray .. !!!
www.bisnistiket.co.id
Posting Komentar